Langsung ke konten utama

𝐏𝐄𝐍𝐆𝐔𝐀𝐓𝐀𝐍 𝐄𝐊𝐒𝐈𝐒𝐓𝐄𝐍𝐒𝐈 𝐒𝐀𝐍𝐓𝐑𝐈 𝐃𝐈 𝐓𝐄𝐍𝐆𝐀𝐇 𝐀𝐑𝐔𝐒 𝐏𝐄𝐌𝐁𝐀𝐍𝐆𝐔𝐍𝐀𝐍 𝐌𝐀𝐒𝐘𝐀𝐑𝐀𝐊𝐀𝐓 𝐈𝐒𝐋𝐀𝐌𝐈 𝐊𝐎𝐓𝐀 𝐁𝐀𝐔𝐁𝐀𝐔

La Rudi S.Hum., M.Pd
Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw

Tulisan saya ini pernah dimuat dalam segmen opini Buton Post, 27 Mei 2017 terkait Eksistensi santri sudah seharusnya dihidupkan dan dikuatkan. Sebuah ide/gagasan yang lahir dari kerisauan akan arti atau makna sebuah eksistensi, yang mana ini patut diapresiasi sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab bagi perubahan masyarakat Islami yang lebih maju, inovatif, produktif, kreatif dan mandiri. 

Ide penguatan eksistensi santri mengemuka pada kegiatan diskusi yang dihadiri oleh sekitar 10 orang (La Rudi, S.Hum., M.Pd., Adnan S.Th.I., Bahtiar, S.Th.I., La Ode Ibrahim, S.Pd.I., Mashur, S.Pd.I., Harun Rijali S.Pd.I., Ilham Saleh, Subhan, La Rahman, La Supu), yang dilaksanakan di Kediaman Bahtiar, S.Th.I., pada Hari Senin, 1 Mei 2017 Jam 20.00. Yang menjadi pertimbangan rasional bahwa jumlah santri yang ada saat ini cukup banyak dengan berbagai profesi yang digelutinya dan komunitas yang dibentuknya di Kota Baubau, bahkan Kepulauan Buton. Namun demikian, jumlah santri yang banyak tersebut, masih termarjinalkan secara politik, terkungkung dan terkotak-kotak pada sektor pendidikan, sosial, maupun budaya. Padahal keberadaannya patut dikuatkan, sehingga dapat berbuat lebih banyak bagi pembangunan masyarakat Islami melalui upaya pengorganisasian diri yang lebih baik. Fenomena demikian itu dapat menjadi perhatian bahwa jumlah yang banyak tidak berarti dapat melakukan perubahan yang lebih besar, bila bingkai kesatuan gerak santri yang parsial tidak menjadi gerakan bersama yang seirama, yang sama-sama berjuang untuk pembangunan masyarakat Islami. Dengan mengingat akan tanggung jawab keumatan yaitu pembumian nilai-nilai Islam sebagaimana yang ditanamkan para penyebar Islam di Pulau Buton.

Penguatan eksistensi santri sudah saatnya dilakukan, dengan peran utama yang diambil adalah sebagai pendorong percepatan pembangunan, pembentuk tatanan sosial yang berpegang pada nilai-nilai ke-Islaman, sebagaimana itu diyakini dapat menjadi tonggak dari berdirinya sebuah masyarakat yang Islami. Oleh karena itu, ruh Islami dijadikan sebuah denyut bagi pembangunan masyarakat. Tentunya perbaikan pada berbagai tatanan kehidupan masyarakat, baik sosial, pendidikan, politik, ekonomi, maupun budaya tentu mutlak dilakukan mengingat Islam datang untuk rahmatan lil alamin. 

Upaya penguatan eksistensi santri dapat dilakukan dengan cara membentuk dan menghidupkan Gerak Santri Perubahan, Penyatuan Gerak Santri secara Bersama dan Seirama, Gerak Santri melalui Tindakan Peduli Masyarakat Islami, Berperan Aktif dalam Momen Pemilihan Walikota Baubau 2018. Tentunya, Gerak Santri Perubahan tidak hanya memberikan ide-ide brilian mengenai konsep pembangunan, namun lebih jauh dari itu dapat mengawal pembangunan masyarakat Islami yang maju, inovatif, produktif, kreatif, dan mandiri

1. Membentuk dan Menghidupkan Gerak Santri Perubahan

Ide pembentukan Gerak Santri Perubahan menjadi urgen, manakala yang dilihat kembali proses pembumian niai-nilai Islam masa lalu dan masih memiliki keterkaitan erat dengan masa sekarang dan akan datang. Artinya bahwa hal ini menjadi tanggung jawab besar yang harus diperjuangkan bersama. Tanpa itu, maka sulit untuk menciptakan satu masyarakat Islami. Olehnya itu, diperlukan penyatuan gerak komunitas santri yang menginginkan perubahan bersama. Pertanyaannya, pentingkah penyatuan gerak itu dilakukan? Bila mengacu pada Alqur’an bahwa perubahan akan terjadi, jika keinginan besar untuk berubah muncul dalam diri. Jadi, perubahan terjadi seiring dorongan untuk berubah itu besar. Begitupula, ide pembentukan Gerak Santri Perubahan dan bersama- sama dengan komunitas santri (HASIB, IKPS, IKAM, dll) yang ada di Kota Baubau dan Kepulauan Buton, itu hadir untuk mendorong masyarakat Islami yang lebih maju, inovatif, produktif, kreatif dan mandiri.

Atas dasar itu, pembentukan Gerak Santri Perubahan mesti didukung oleh kajian yang mendalam, pemahaman konsep gerakan dan metodologinya yang kuat, dan tentu melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya, sehingga ide-ide brilian dan bersifat orisinal dari santri dapat berkembang. Hal ini dapat menjadi pijakan dasar bagi upaya menghidupkan Gerak Santri Perubahan yang mencerahkan. Karena upaya pencerahan ini merupakan jalan menuju keyakinan atas ke-Esaan Allah Swt, seruan pada kebaikan, dan pencegahan dari kemungkaran. Oleh karena itu, kesatuan gerak langkah bersama menjadi upaya memperbaiki kondisi yang dialami untuk tujuan yang lebih besar yaitu pembumian nilai-nilai Islami di Jazirah Khalifatul Khamis. Untuk itulah upaya penyadaran melalui penghayatan dan pengamalan ayat Alqur’an yang memerintahkan pentingnya gerak sebagai simbol dari penguatan eksistensi banyak ditemukan, salah satunya pada Surat Al-Mudatsir, ayat 1-7, yang artinya: “1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. Bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. Dan Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. 

Ketika Gerak Santri Perubahan mulai diaktualisasikan, maka konsep kesadaran bersama, penyatuan langkah bersama, dan tujuan bersama diperjelas dan diimplementasikan dalam bentuk program aksi nyata. Tentunya, untuk merubah diri itu kembali pada diri yang punya keinginan kuat untuk berubah. Gerak Santri Perubahan akan dapat mendorong tercapainya sebuah khair ummah, manakala gerakan ini dapat mengorganisir diri dengan sebaik-baiknya. Tentu komitmen dan keterpanggilan hati yang tulus dapat mengurai impian ini

2. Penyatuan Gerak Santri secara Bersama dan Seirama.

Penyatuan gerak santri secara bersama dan seirama menjadi syarat perjuangan. Persoalan mendasar mengapa khair ummah sulit terwujud. Salah satu alasannya adalah khair ummah itu sendiri ruang geraknya masih bersifat parsial dan terkotak-kotak, padahal semuanya memiliki tujuan bersama yaitu nilai-nilai Islami dapat diamalkan dengan sebaik-baiknya. Semakin gerak menyatu dan nilai perjuangan yang ditanamkan semakin kuat, maka kemungkinan besar pembangunan masyarakat Islami yang diidamidamkan itu dapat terwujud. 

3. Gerak Santri melalui Tindakan Peduli Masyarakat Islami. 

Sebuah gerakan  akan terus eksis, manakala visi misi dan tujuannya jelas, dan manfaatnya dapat dirasakan bersama. Maka dari itu, kegiatan-kegiatan yang bersifat pro-aktif pada pembangunan masyarakat Islami harus senantiasa didorong. Karena ini nyata dapat memberikan perubahan yang cukup berarti bagi pengembangan psikologi masyarakat tentang bagaimana konsep kehidupan bersama yang Islami itu seharusnya dibangun dalam bingkai kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik.

Gerak Santri Perubahan harus dapat menangkap setiap momen yang bersentuhan langsung dengan kepentingan umum, karena disini eksistensi santri dilihat secara nyata sebagai bentuk kepedulian terhadap pembangunan masyarakat Islami. Sehingga pembumian nilai-nilai yang dimaksud dapat terjaga, dan terpelihara, dan berkembang melalui kegiatan yang bersifat sosial. Tentu saja dengan pola kegiatan yang dirancang khusus dan menyentuh kepentingan umum tersebut, pada akhirnya dapat dirasakan bersama manfaatnya, sepanjang nilai-nilai tersebut terimplementasi dengan baik. Secara tidak langsung, santri tentu memahami dan bahkan punya pengalaman langsung bagaimana nilai-nilai yang Islami tersebut dapat menjadi pendorong bagi kekuatan sosial masyarakat yang sejahtera bersama. Besar harapan, agar Gerak Santri Perubahan tidak hanya berkutat pada wilayah internalnya semata, namun juga dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat lainnya melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang mendorong kepedulian, partisipatif, gotong royong, kedisiplinan, kebersihan, kesehatan, sekaligus peningkatan wawasan keilmuan dan pengetahuan yang Islami. 

4. Berperan Aktif dalam Momen Pilkada Kota Baubau 2018. 

Pemilihan Walikota Baubau yang nantinya akan dilaksanakan pada tahun 2018 dapat menjadi salah satu momentum bagi penguatan eksistensi santri, melalui semangat Gerak Santri Perubahan, yang berperan sebagai agent penggerak perubahan menuju Kota Baubau yang lebih religius, berbudaya, bermartabat serta mandiri. Oleh karena itu, momen ini sangat berarti bagi Gerak Santri Perubahan dalam memberikan pembelajaran politik praktis bagi masyarakat Kota Baubau tentang bagaimana seharusnya politik yang bermartabat, berbudaya, dan santun itu.

Gerak Santri Perubahan dengan Slogannya “Saatnya Santri Bergerak” menandai bahwa Gerak Santri Perubahan menginginkan perubahan yang signifikan pada pemenuhan aspirasi dan tidak sebatas penyedia suara (lumbung suara) bagi para calon pemimpin daerah. Namun, lebih jauh keberadaannya dapat berkontribusi besar bagi pembangunan masyarakat Islami di Kota Baubau yang menghendaki kemajuan pada berbagai aspek kehidupan, dan mendorong lahirnya ide/ gagasan inovatif dan produktif bagi penangkapan peluang yang ada sebagai riak dari pengembangan intelektual yang dinamis. Tentu saja, hal ini tidak lepas dari kreatifitas yang dihasilkan dan dikembangkan, tanpa membatasi ruang gerakannya. Untuk itu perlu ruang-ruang ekspresi yang lebih luas dan jelas. 

Untuk itu, momen Pilwali menjadi cukup berarti bagi lahirnya Gerak Santri Perubahan untuk mengambil peran baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung Gerak Santri Perubahan dapat mengorbitkan figurnya yang dianggap mampu memimpin di daerah ini, dan secara tidak langsung Gerak Santri Perubahan dapat mengawal pemilihan walikota Baubau 2018 agar dapat berjalan sesuai dengan tatanan dan aturan demokrasi yang sebenarnya. Peran aktif yang dilakukan Gerak Santri Perubahan menjadi bukti bahwa santri bisa, tidak hanya sebagai komunitas sarungan dan peci saja, atau taunya ngaji saja, tetapi jauh dari itu santri juga bisa berbuat untuk perbaikan masyarakat Islami dengan terjun dalam berbagai bidang, salah satunya di bidang politik praktis. SALAM PROGRESS!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

𝐌𝐞𝐧𝐲𝐮𝐥𝐚𝐦 𝐀𝐫𝐚𝐡, 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤: 𝐎𝐛𝐫𝐨𝐥𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐖𝐢𝐬𝐦𝐚 𝐈𝐧𝐝𝐫𝐚𝐣𝐚𝐭𝐢

Oleh : LAR (Sang Pengelana Pendidikan)   Pagi itu, Minggu, 29 Juni 2025, jam menunjukkan pukul 06.30 ketika udara Liabuku masih segar, seperti baru dicuci oleh hujan rintik-rintik yang reda beberapa saat sebelumnya. Kabut tipis menyelimut bukit-bukit kecil di kejauhan, seakan menyambut hangat pagi yang penuh harapan. Di sebuah sudut pondok yang sederhana namun bermakna—Wisma Indrajati, Pondok Pesantren Al-Amanah Liabuku—terjadi pertemuan kecil, namun sarat makna. Kami duduk berhadapan dalam suasana santai, tak ada podium, tak ada protokol. Hanya segelas kopi hangat, semangkuk geroncong, dan tuli-tuli, yang panasnya masih mengepul, beberapa bungkus nasi kuning, dan tawa-tawa ringan yang kadang pecah menembus diam. Saya, Ustad Riyan Ahmad, dan Ustad Roni, dan  menjadi pendengar setia dalam perbincangan yang membuka tabir masa depan, dan menyusul  Ustad Falah Sabirin yang keberadaannya tidak sampai selesai, karena harus segera menghadiri rapat di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid...

𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐓𝐢𝐦𝐮𝐫: 𝐒𝐚𝐧𝐭𝐫𝐢 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐦𝐛𝐮𝐬 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐀𝐥-𝐀𝐳𝐡𝐚𝐫

Oleh: La Rudi S.Hum., M.Pd (Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw) Di antara deru ombak Buton dan sunyi malam Baubau yang mendalam, kabar bahagia menyelinap ke relung hati para pencinta ilmu: lima bintang kecil dari timur, santri-santriwati Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, kini bersiap terbang jauh ke negeri para ulama — Mesir, tanah Al-Azhar yang agung. Alhamdulillah , kelima anak negeri ini — Almawaddah dari Baubau, Fegita dari Siomou, Azhar dari Talaga Buton Tengah, Ld. Fahriansyah dari Lasalimu, dan Ilham dari Lombe Buton Tengah — telah membuktikan bahwa mimpi yang disulam dengan doa dan kerja keras mampu mengalahkan ketatnya seleksi nasional. Mereka lolos sebagai penerima beasiswa Kementerian Agama RI tahun 2025 dan diterima di Universitas Al-Azhar Kairo, institusi pendidikan Islam tertua dan termasyhur di dunia. Bukan jalan lapang yang mereka lalui. Sebaliknya, medan itu terjal dan berliku. Seleksi yang diikuti lebih dari 2.800 peserta dari seluruh Indonesia dilaksanakan de...

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐭𝐮𝐫𝐚𝐡𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧: 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐦𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐊𝐇. 𝐌𝐮𝐡. 𝐒𝐲𝐚𝐡𝐚𝐫𝐮𝐝𝐝𝐢𝐧 𝐒𝐚𝐥𝐞𝐡, 𝐌𝐀

La Ode Ibrahim S.Pd.I., M.Pd Alumni Perdana Ponpes SAW Di tengah riuh rendah zaman yang kerap memisahkan manusia dalam sekat-sekat individualisme, KH. Muh. Syaharuddin Saleh, MA, hadir sebagai sosok yang menyalakan obor kebersamaan. Dalam keheningan pikiran yang ke dalam, beliau melahirkan gagasan besar tentang silaturahmi sebagai jembatan yang tidak hanya menghubungkan manusia, tetapi juga mengisyaratkan hati dan memperkuat iman. Pemikiran beliau ini tidak hanya menjadi teori yang mengisi kitab, tetapi diterjemahkan dalam langkah-langkah nyata melalui pembentukan Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid (IKPA) pada tahun 2000. Di mata beliau, silaturahmi bukan sekedar bertemu atau berbicara. Ia adalah seni menyambung hati, membangun jembatan kasih sayang, dan menciptakan ruang di mana manusia bisa saling mendukung. Gagasan ini disampaikan pada saat saya ditunjuk sebagai ketua pertama IKPA. Ini dasar memahami silaturahmi sebagai pilar utama dalam membangun kebersamaan di ...