Langsung ke konten utama

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐛𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐏𝐨𝐧𝐝𝐨𝐤 𝐏𝐞𝐬𝐚𝐧𝐭𝐫𝐞𝐧 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝: 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐝𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐔𝐬𝐭𝐚𝐳 𝐉𝐚𝐦𝐡𝐮𝐫 𝐁𝐚𝐞𝐝𝐚 𝐒.𝐏𝐝.𝐈


La Rudi S.Hum., M.Pd
Alumni Permata Angk.3 Ponpes Saw

Seperti pancaran mentari pagi yang menyejukkan, Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid berdiri kokoh sebagai wadah pendidikan dan pembentukan karakter generasi muslim di Kota Bau-Bau. Di balik keberlangsungan pondok ini, terdapat tokoh-tokoh yang tidak hanya bekerja keras, tetapi juga menyerahkan jiwa dan raganya untuk pengabdian. Salah satunya adalah Ustaz Jamhur Baeda, S.Pd.I, sosok yang pernah memimpin Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid (masa perintisan) bersama Ustaz Ismail dan Ustaz Ruslan Daud -Tri Murti- dan sebagai Direktur Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah (KMI) dari tahun 1994 hingga 2025.

Keteladanan dan perjalanan Ustaz Jamhur bukan sekadar cerita tentang kepemimpinan; ia adalah cerminan dari arti pengabdian, dedikasi, dan integritas dalam mendidik generasi muda. Dalam kiprahnya yang melampaui tiga dekade, kita belajar bahwa pengabdian adalah ladang amal, tempat manusia tidak hanya bekerja, tetapi juga mencetak jejak di hati generasi selanjutnya.
Meretas Jalan Pengabdian di Awal Langkah
Tahun 1993 adalah awal perjalanan panjang Ustaz Jamhur bersama Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid. Masa itu adalah babak awal transisi dari sebuah taman pengajian tradisional menjadi lembaga pendidikan formal dengan sistem klasikal modern. Ketika pondok pesantren ini masih dalam tahap permulaan, Ustaz Jamhur mengambil peran penting untuk menata sistem KMI yang menjadi inti dari keberlangsungan pendidikan.
Sebagai seorang Direktur KMI, tanggung jawabnya tidaklah ringan. Ia menghadapi tantangan membangun pondok dengan sumber daya yang terbatas, menghadapi dinamika masyarakat, dan memperkokoh sistem pendidikan yang memadukan kurikulum agama dan umum. Namun, dengan tekad dan visi yang kuat, Ustaz Jamhur berhasil membawa KMI menjadi institusi pendidikan modern yang kokoh, sekaligus melestarikan tradisi pesantren yang berlandaskan iman.
Dalam perjalanan awalnya, ia tidak hanya fokus pada penyempurnaan kurikulum. Ia juga menjadi sosok pembimbing, sosok ayah sekaligus sahabat bagi para santri. Pembawaannya yang penuh kasih sayang, namun tegas dalam menegakkan disiplin, membuat Ustaz Jamhur tidak hanya dihormati, tetapi juga dicintai oleh semua pihak.
Pemimpin Integritas: Lebih dari Sekadar Tugas Formal
Selama 32 tahun, Ustaz Jamhur menjalaninya bukan sebagai pekerjaan semata, melainkan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah. Pengabdian yang dimaksud bukan sekadar mengelola pendidikan formal, melainkan juga membimbing dan mengasuh santri dalam segala aspek kehidupan mereka.
Ia menerapkan disiplin yang mengakar kuat pada nilai-nilai keagamaan. Santri di Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid tidak hanya mengajarkan tentang ilmu pengetahuan dan agama, tetapi juga nilai tanggung jawab, kejujuran, dan kemandirian. Dalam setiap pertemuan dengan para santri, ia kerap kali menekankan pentingnya pengabdian sebagai jalan keberkahan.
Dibalik kepribadiannya yang bersahaja, Ustaz Jamhur juga adalah seorang inovator. Ia mendorong penerapan kebijakan modern tanpa meninggalkan ciri-ciri khas pesantren tradisional. Dengan kebijakan yang inklusif, pondok pesantren ini berkembang menjadi pusat pendidikan yang tidak hanya diminati masyarakat lokal, tetapi juga santri dari berbagai daerah.
Konsistensi dan Kesabaran: Pilar Utama Pengabdian
Selama tiga dekade lebih, konsistensi menjadi karakter utama yang melekat pada Ustaz Jamhur. Dalam memimpin, ia tidak hanya mengandalkan wibawa, tetapi juga sabar dalam menghadapi dinamika pondok pesantren.
Pada masa-masa sulit, ketika pondok menghadapi tantangan finansial atau sosial, Ustaz Jamhur selalu menjadi penyejuk hati bagi para guru dan santri. Ia percaya bahwa dalam setiap kesulitan yang ada di jalan keluar, jaminan semuanya didasari oleh niat tulus untuk pengabdian. Sikapnya yang tenang di tengah tantangan sering kali menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya.
Salah satu nilai yang ditekankan oleh Ustaz Jamhur adalah kesabaran dalam proses pendidikan. Baginya, santri bukanlah kertas kosong yang dapat dilukis dalam waktu singkat. Diperlukan kesabaran, keteguhan, dan konsistensi untuk membentuk akhlak, karakter, dan intelektualitas mereka. Prinsip ini membuatnya tidak pernah merasa lelah untuk terus membimbing para santri hingga mereka mampu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umat.
Buah Pengabdian: Generasi Pembawa Perubahan
Seiring berjalannya waktu, pengabdian Ustaz Jamhur mulai menuai hasilnya. Ribuan alumni lahir dari Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, membawa nilai-nilai luhur yang diajarkan selama berada di pondok. Mereka menjadi dai, guru, pengusaha, hingga tokoh masyarakat yang turut berperan aktif dalam membangun umat.
Dalam setiap pencapaian para alumni, terselip warisan nilai-nilai yang ia tanamkan: keikhlasan dalam berbuat, keteguhan dalam memegang prinsip, dan keikhlasan dalam mengabdi. Ini adalah buah manis dari proses panjang yang dijalani dengan penuh kesabaran dan cinta.
Refleksi dari Sosok Inspiratif
Ustaz Jamhur Baeda mengajarkan kepada kita bahwa pengabdian bukanlah pekerjaan yang terikat waktu, melainkan perjuangan yang lahir dari hati. Ketekunan, keikhlasan, dan dedikasinya menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang ingin meninggalkan jejak kebaikan di dunia ini.
Dari sosok beliau, kita juga belajar bahwa pengabdian tidak memerlukan panggung besar. Sebaliknya, ia justru tumbuh di ruang-ruang sederhana di mana nilai-nilai keikhlasan dan keikhlasan menjadi dasar utama.
Pengabdian Sebagai Warisan Abadi
Saat ini 2025, Ustaz Jamhur masih dipercaya sebagai Direktur KMI, ia mengkisahkan lebih dari sekedar cerita sukses. Ia mewariskan inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus melanjutkan perjuangan. Pesantrennya telah menjadi wadah pengabdian yang tidak hanya mendidik santri, tetapi juga membangun peradaban Islam yang lebih baik.
Ustaz Jamhur adalah teladan hidup tentang bagaimana seseorang dapat menjadi mata air kebaikan di tengah masyarakat. Semoga kisah hidupnya senantiasa menjadi pelajaran dan pengingat bahwa pengabdian tidak pernah sia-sia. Sebab, dalam setiap tetes peluh pengabdian, terdapat keberkahan dan doa-doa yang mengalir tanpa henti. SALAM PROGRESS!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

𝐌𝐞𝐧𝐲𝐮𝐥𝐚𝐦 𝐀𝐫𝐚𝐡, 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤: 𝐎𝐛𝐫𝐨𝐥𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐖𝐢𝐬𝐦𝐚 𝐈𝐧𝐝𝐫𝐚𝐣𝐚𝐭𝐢

Oleh : LAR (Sang Pengelana Pendidikan)   Pagi itu, Minggu, 29 Juni 2025, jam menunjukkan pukul 06.30 ketika udara Liabuku masih segar, seperti baru dicuci oleh hujan rintik-rintik yang reda beberapa saat sebelumnya. Kabut tipis menyelimut bukit-bukit kecil di kejauhan, seakan menyambut hangat pagi yang penuh harapan. Di sebuah sudut pondok yang sederhana namun bermakna—Wisma Indrajati, Pondok Pesantren Al-Amanah Liabuku—terjadi pertemuan kecil, namun sarat makna. Kami duduk berhadapan dalam suasana santai, tak ada podium, tak ada protokol. Hanya segelas kopi hangat, semangkuk geroncong, dan tuli-tuli, yang panasnya masih mengepul, beberapa bungkus nasi kuning, dan tawa-tawa ringan yang kadang pecah menembus diam. Saya, Ustad Riyan Ahmad, dan Ustad Roni, dan  menjadi pendengar setia dalam perbincangan yang membuka tabir masa depan, dan menyusul  Ustad Falah Sabirin yang keberadaannya tidak sampai selesai, karena harus segera menghadiri rapat di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid...

𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐓𝐢𝐦𝐮𝐫: 𝐒𝐚𝐧𝐭𝐫𝐢 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐦𝐛𝐮𝐬 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐀𝐥-𝐀𝐳𝐡𝐚𝐫

Oleh: La Rudi S.Hum., M.Pd (Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw) Di antara deru ombak Buton dan sunyi malam Baubau yang mendalam, kabar bahagia menyelinap ke relung hati para pencinta ilmu: lima bintang kecil dari timur, santri-santriwati Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, kini bersiap terbang jauh ke negeri para ulama — Mesir, tanah Al-Azhar yang agung. Alhamdulillah , kelima anak negeri ini — Almawaddah dari Baubau, Fegita dari Siomou, Azhar dari Talaga Buton Tengah, Ld. Fahriansyah dari Lasalimu, dan Ilham dari Lombe Buton Tengah — telah membuktikan bahwa mimpi yang disulam dengan doa dan kerja keras mampu mengalahkan ketatnya seleksi nasional. Mereka lolos sebagai penerima beasiswa Kementerian Agama RI tahun 2025 dan diterima di Universitas Al-Azhar Kairo, institusi pendidikan Islam tertua dan termasyhur di dunia. Bukan jalan lapang yang mereka lalui. Sebaliknya, medan itu terjal dan berliku. Seleksi yang diikuti lebih dari 2.800 peserta dari seluruh Indonesia dilaksanakan de...

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐭𝐮𝐫𝐚𝐡𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧: 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐦𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐊𝐇. 𝐌𝐮𝐡. 𝐒𝐲𝐚𝐡𝐚𝐫𝐮𝐝𝐝𝐢𝐧 𝐒𝐚𝐥𝐞𝐡, 𝐌𝐀

La Ode Ibrahim S.Pd.I., M.Pd Alumni Perdana Ponpes SAW Di tengah riuh rendah zaman yang kerap memisahkan manusia dalam sekat-sekat individualisme, KH. Muh. Syaharuddin Saleh, MA, hadir sebagai sosok yang menyalakan obor kebersamaan. Dalam keheningan pikiran yang ke dalam, beliau melahirkan gagasan besar tentang silaturahmi sebagai jembatan yang tidak hanya menghubungkan manusia, tetapi juga mengisyaratkan hati dan memperkuat iman. Pemikiran beliau ini tidak hanya menjadi teori yang mengisi kitab, tetapi diterjemahkan dalam langkah-langkah nyata melalui pembentukan Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid (IKPA) pada tahun 2000. Di mata beliau, silaturahmi bukan sekedar bertemu atau berbicara. Ia adalah seni menyambung hati, membangun jembatan kasih sayang, dan menciptakan ruang di mana manusia bisa saling mendukung. Gagasan ini disampaikan pada saat saya ditunjuk sebagai ketua pertama IKPA. Ini dasar memahami silaturahmi sebagai pilar utama dalam membangun kebersamaan di ...