Langsung ke konten utama

𝐌𝐞𝐧𝐠𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐑𝐢𝐭𝐦𝐞 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐈𝐊𝐏𝐒 𝐒𝐀𝐖 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐊𝐡𝐚𝐢𝐫𝐮𝐥 𝐔𝐦𝐦𝐚𝐡

Foto Bersama: Dari Kiri Ustadz Bachtiar, Roni, Hamid Munir, Makmun, La Rudi, Hermansyah Y, (Jumat, 24 Jan 2025)

Dalam setiap organisasi, visi adalah kompas, sedangkan langkah-langkah kolektif para anggotanya adalah perjalanan menuju tujuan besar. Di tubuh Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Saw. (IKPS SAW), cita-cita membangun generasi terbaik, khairul ummah—umat terbaik—adalah mimpi yang tertanam dalam setiap hati. Mimpi ini bukan sekadar untaian kata indah di balik jargon organisasi, melainkan tujuan suci yang menuntut kesungguhan, kerja sama, dan arah langkah yang selaras.

Foto: Sekretariat IKPS Saw Yang Pernah Menjadi Pusat Kegiatan Berlokasi Didalam Ponpes Saw (Dokumentasi Diambil 16/01/2025)

Khairul Ummah: Cahaya yang Menuntun Langkah Kita

Istilah khairul ummah berasal dari firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 110: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”

Ayat ini bukan sekedar penghormatan, tetapi panggilan suci yang penuh tanggung jawab. Gelar “umat terbaik” adalah amanah, bukan hadiah. Ia menuntut perjuangan, kerja keras, dan konsistensi untuk senantiasa menggerakkan hati, pikiran, dan tindakan menuju kemaslahatan bersama.

Bagi IKPS SAW, menjadi khairul ummah adalah upaya untuk menyalakan lilin-lilin kebaikan di tengah kegelapan zaman. Cita-cita ini harus diterjemahkan dalam langkah nyata—membangun sinergi yang berlandaskan iman, menciptakan tradisi intelektual yang menggugah, serta menghidupkan solidaritas yang menjembatani perbedaan.

Ritme Langkah: Menyelaraskan Perjalanan Menuju Visi

Langkah bersama adalah kunci untuk mewujudkan visi besar ini. Namun, langkah-langkah tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan irama yang harmonis. Mengatur ritme langkah berarti menyamakan semangat, arah, dan strategi, tanpa melupakan perbedaan yang menjadi kekuatan.

Ada tiga pilar utama yang menjadi penopang dalam mengatur ritme langkah menuju khairul ummah di IKPS SAW:

1. Iman Sebagai Fondasi

Setiap perjalanan memerlukan landasan yang kokoh, dan bagi IKPS SAW, fondasi itu adalah iman kepada Allah. Keimanan menjadi cahaya yang membimbing langkah agar selalu berada di jalan kebaikan. Aktivitas organisasi, mulai dari program kerja hingga keputusan kecil, harus selalu diselaraskan dengan nilai-nilai Islam. Dengan iman yang kokoh, anggota IKPS SAW tidak hanya bergerak dalam langkah-langkah duniawi, tetapi juga menuju ridha Ilahi.

2. Intelektualitas sebagai Bekal

Dalam upaya menjadi khairul ummah, intelektual adalah senjata utama. Masyarakat yang unggul adalah masyarakat yang dipenuhi individu-individu yang berpikir kritis, rasional, dan solutif. Tradisi diskusi, pembelajaran bersama, serta eksplorasi ilmu harus terus digalakkan. Melalui langkah ini, IKPS SAW dapat menjadi pusat peradaban kecil yang membangun manusia-manusia berkarakter dan cerdas.

3. Kolaborasi sebagai Penggerak

Tidak ada pencapaian besar yang diraih sendirian. Dalam tubuh IKPS SAW, kolaborasi antar anggota harus menjadi motor penggerak. Gotong royong, kerja sama, dan saling mendukung harus menjadi napas organisasi. Setiap individu adalah potongan kecil dari mosaik besar IKPS SAW. Ketika semua potongan ini tersusun rapi, terciptalah gambaran yang indah dan bermakna.

Menata Diri, Membangun Komunitas yang Tangguh

Sebelum membangun khairul ummah, setiap individu dalam organisasi perlu menata dirinya terlebih dahulu. Mengatur ritme langkah dimulai dari dalam—dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan diri, serta berkomitmen untuk terus memperbaiki. IKPS SAW harus menjadi ruang bagi setiap anggotanya untuk tumbuh bersama.
Dalam proses ini, pelatihan karakter menjadi hal yang utama. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, keikhlasan, dan kedisiplinan perlu ditanamkan secara konsisten. Tanpa individu-individu yang memiliki akhlak mulia, mustahil cita-cita khairul ummah bisa terwujud.
Selain menata diri, IKPS SAW juga perlu memupuk semangat kebersamaan. Komunitas yang tangguh adalah komunitas yang solid dalam menghadapi berbagai tantangan. Dengan budaya saling mendukung, memotivasi, dan menginspirasi, IKPS SAW akan menjadi ekosistem yang nyaman bagi setiap anggotanya untuk berkembang.

Langkah Nyata Menuju Khairul Ummah

Cita-cita khairul ummah tidak bisa dicapai hanya dengan idealisme. Ia membutuhkan tindakan nyata yang berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil IKPS SAW dalam upaya mewujudkan umat terbaik:

  1. Pemberdayaan Anggota

    IKPS SAW harus menjadi wadah untuk memberdayakan setiap anggotanya. Program-program pelatihan dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kapasitas intelektual, spiritual, dan sosial anggota.

  2. Kontribusi Sosial

    Sebagai organisasi yang bercita-cita membangun khairul ummah, IKPS SAW harus aktif memberikan kontribusi kepada masyarakat. Program-program sosial seperti bakti sosial, pengajian, atau kegiatan edukasi di masyarakat merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai Islam yang diajarkan.

  3. Kolaborasi Antar organisasi

    Untuk memperluas dampak positifnya, IKPS SAW perlu menjalin kerja sama dengan organisasi lain yang memiliki visi serupa. Kolaborasi ini akan membuka peluang untuk belajar, berbagi, dan berkembang bersama.

Langkah Organisasi

Seperti aliran sungai yang tenang, setiap langkah organisasi harus memiliki keindahan ritme dan irama. Dalam mengatur ritme langkah menuju khairul ummah, ada seni yang perlu dipelajari: seni mendengar, seni berbicara, dan seni bekerja sama.

Bagaikan puisi yang tersusun rapi, langkah-langkah IKPS SAW harus penuh makna, harmoni, dan daya tarik. Kata-kata dalam diskusi adalah umpan yang menggugah, sedangkan tindakan nyata adalah irama yang memberi pengaruh nyata. Ketika setiap anggota menyalurkan energi positifnya, maka organisasi akan bergerak maju dengan keindahan yang tak tertandingi.

Penutup: Menuju Khairul Ummah yang Berkelanjutan

Mengatur ritme langkah bukanlah hal yang sederhana, tetapi inilah tugas mulia yang diemban oleh IKPS SAW. Dengan iman sebagai landasan, intelektualitas sebagai bekal, dan kolaborasi sebagai penggerak, cita-cita menjadi khairul ummah bukanlah sesuatu yang mustahil.

Sebagai bagian dari generasi yang memikul harapan, setiap anggota IKPS SAW memiliki peran penting dalam perjalanan ini. Kita adalah pembangun, pelopor, dan penjaga obor kebaikan. Dengan bersatu dalam langkah yang harmonis, kita akan menorehkan jejak yang berarti bagi umat dan masa depan.

Mari bersama kita mewujudkan IKPS SAW sebagai bagian dari Khairul Ummah. Karena hanya dengan langkah bersama yang terarah, kita mampu mengukir masa depan yang bercahaya. SALAM PROGRESS!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

𝐌𝐞𝐧𝐲𝐮𝐥𝐚𝐦 𝐀𝐫𝐚𝐡, 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤: 𝐎𝐛𝐫𝐨𝐥𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐖𝐢𝐬𝐦𝐚 𝐈𝐧𝐝𝐫𝐚𝐣𝐚𝐭𝐢

Oleh : LAR (Sang Pengelana Pendidikan)   Pagi itu, Minggu, 29 Juni 2025, jam menunjukkan pukul 06.30 ketika udara Liabuku masih segar, seperti baru dicuci oleh hujan rintik-rintik yang reda beberapa saat sebelumnya. Kabut tipis menyelimut bukit-bukit kecil di kejauhan, seakan menyambut hangat pagi yang penuh harapan. Di sebuah sudut pondok yang sederhana namun bermakna—Wisma Indrajati, Pondok Pesantren Al-Amanah Liabuku—terjadi pertemuan kecil, namun sarat makna. Kami duduk berhadapan dalam suasana santai, tak ada podium, tak ada protokol. Hanya segelas kopi hangat, semangkuk geroncong, dan tuli-tuli, yang panasnya masih mengepul, beberapa bungkus nasi kuning, dan tawa-tawa ringan yang kadang pecah menembus diam. Saya, Ustad Riyan Ahmad, dan Ustad Roni, dan  menjadi pendengar setia dalam perbincangan yang membuka tabir masa depan, dan menyusul  Ustad Falah Sabirin yang keberadaannya tidak sampai selesai, karena harus segera menghadiri rapat di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid...

𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐓𝐢𝐦𝐮𝐫: 𝐒𝐚𝐧𝐭𝐫𝐢 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐦𝐛𝐮𝐬 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐀𝐥-𝐀𝐳𝐡𝐚𝐫

Oleh: La Rudi S.Hum., M.Pd (Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw) Di antara deru ombak Buton dan sunyi malam Baubau yang mendalam, kabar bahagia menyelinap ke relung hati para pencinta ilmu: lima bintang kecil dari timur, santri-santriwati Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, kini bersiap terbang jauh ke negeri para ulama — Mesir, tanah Al-Azhar yang agung. Alhamdulillah , kelima anak negeri ini — Almawaddah dari Baubau, Fegita dari Siomou, Azhar dari Talaga Buton Tengah, Ld. Fahriansyah dari Lasalimu, dan Ilham dari Lombe Buton Tengah — telah membuktikan bahwa mimpi yang disulam dengan doa dan kerja keras mampu mengalahkan ketatnya seleksi nasional. Mereka lolos sebagai penerima beasiswa Kementerian Agama RI tahun 2025 dan diterima di Universitas Al-Azhar Kairo, institusi pendidikan Islam tertua dan termasyhur di dunia. Bukan jalan lapang yang mereka lalui. Sebaliknya, medan itu terjal dan berliku. Seleksi yang diikuti lebih dari 2.800 peserta dari seluruh Indonesia dilaksanakan de...

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐭𝐮𝐫𝐚𝐡𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧: 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐦𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐊𝐇. 𝐌𝐮𝐡. 𝐒𝐲𝐚𝐡𝐚𝐫𝐮𝐝𝐝𝐢𝐧 𝐒𝐚𝐥𝐞𝐡, 𝐌𝐀

La Ode Ibrahim S.Pd.I., M.Pd Alumni Perdana Ponpes SAW Di tengah riuh rendah zaman yang kerap memisahkan manusia dalam sekat-sekat individualisme, KH. Muh. Syaharuddin Saleh, MA, hadir sebagai sosok yang menyalakan obor kebersamaan. Dalam keheningan pikiran yang ke dalam, beliau melahirkan gagasan besar tentang silaturahmi sebagai jembatan yang tidak hanya menghubungkan manusia, tetapi juga mengisyaratkan hati dan memperkuat iman. Pemikiran beliau ini tidak hanya menjadi teori yang mengisi kitab, tetapi diterjemahkan dalam langkah-langkah nyata melalui pembentukan Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid (IKPA) pada tahun 2000. Di mata beliau, silaturahmi bukan sekedar bertemu atau berbicara. Ia adalah seni menyambung hati, membangun jembatan kasih sayang, dan menciptakan ruang di mana manusia bisa saling mendukung. Gagasan ini disampaikan pada saat saya ditunjuk sebagai ketua pertama IKPA. Ini dasar memahami silaturahmi sebagai pilar utama dalam membangun kebersamaan di ...