![]() |
La Rudi S.Hum., M.Pd Alumni Permata Angk.3 Ponpes Saw |
Berpikir: Tajamnya Akal, Luasnya Wawasan
Di pesantren, kita belajar bahwa ilmu bukan sekedar hafalan, tetapi pemahaman yang mendalam. Kita belajar dan mengajar untuk tidak hanya membaca, tetapi juga memikirkan makna di balik setiap ayat, setiap hadits, dan setiap untaian hikmah dari para ulama.
Berpikir ala alumni Al-Syaikh Abdul Wahid bukan sekadar berpikir biasa, namun berpikir dengan tajam dan luas. Kita terbiasa bertanya, menggali makna, dan tidak mudah puas dengan jawaban instan. Diskusi dan musyawarah menjadi bagian dari kehidupan kita. Perbedaan pendapat bukanlah alasan untuk pecah, tetapi jalan untuk memperkaya pemahaman.
Pondok telah mengajarkan kita bahwa berpikir kritis bukanlah sekadar menentang atau memikirkan segala hal, tetapi bagaimana kita mampu memahami persoalan dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang bijaksana. Kita belajar dan mengajar untuk berpikir secara sistematis, memisahkan antara kebenaran dan kebatilan, serta tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang menyebarkan.
Seorang alumni tidak boleh berpikir meremehkan, tidak boleh mudah mengemukakan pendapat tanpa verifikasi, dan tidak boleh menjadi bagian dari mereka yang hanya mengulang-ulang sesuatu tanpa memahami esensinya. Kita diajarkan untuk memeriksa, membandingkan, dan mengambil keputusan berdasarkan ilmu, bukan emosi semata.
Merasa: Lembutnya Hati, Tajamnya Nurani
Ilmu tanpa kelembutan hati hanya akan menjadi kesombongan. Itulah alasannya di pesantren, kita tidak hanya mengajar untuk berpikir, tetapi juga untuk merasa.
Merasa dalam arti memahami kondisi orang lain, memiliki empati yang dalam, dan mampu menempatkan diri dengan bijak dalam setiap situasi. Kita belajar dan mengajar bahwa Islam bukan hanya tentang kebenaran dan kesalahan dalam hukum, tetapi juga tentang bagaimana kita berinteraksi dengan sesama manusia melalui adab dan akhlak yang mulia.
Pesantren mendidik kita untuk memiliki kepekaan sosial. Kita terbiasa melihat dan membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan, berbagi makanan di dapur umum, saling membantu dalam tugas, dan belajar bersama dalam suka maupun duka. Dari sini kita memahami bahwa manusia bukan sekadar individu yang berjalan sendiri, tetapi bagian dari komunitas yang saling menguatkan.
Merasa juga berarti memiliki hubungan yang kuat dengan Allah. Setiap tahajud yang kita jalani, setiap doa yang kita panjatkan, dan setiap dzikir yang kita lantunkan, mengajarkan kita bahwa kehidupan ini lebih besar dari sekedar kepentingan pribadi. Ada tanggung jawab yang harus kita emban, ada misi yang harus kita jalankan, dan ada amanah yang harus kita jaga.
Alumni Al-Syaikh Abdul Wahid tidak hanya berpikir dengan akalnya, tetapi juga merasa dengan hati. Kita tidak sekedar mencari kebenaran, tetapi juga membawa kebaikan. Kita tidak sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga menyampaikannya dengan cara yang lembut dan bijaksana.
Bertindak: Langkah Nyata, Tanggung Jawab Besar
Ilmu dan empati tidak ada artinya jika tidak diiringi dengan tindakan. Inilah yang membedakan alumni pesantren dengan mereka yang hanya memiliki teori tetapi tidak berani bergerak.
Di pondok, kita diajarkan untuk disiplin, tangguh, dan tidak mudah menyerah. Dari bangun sebelum subuh hingga tidur kembali di malam hari, setiap detik di pondok adalah latihan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Kita terbiasa hidup mandiri, menyelesaikan masalah sendiri, dan menghadapi setiap tantangan dengan kepala tegak.
Bertindak ala alumni Al-Syaikh Abdul Wahid bermakna tidak hanya berbicara tentang perubahan, namun juga menjadi bagian dari perubahan itu. Jika ada ketidakadilan, kita tidak boleh diam. Jika ada kesederhanaan, kita harus membawa cahaya ilmu. Jika ada perpecahan, kita harus menjadi jembatan yang menyatukan.
Kita tidak boleh menjadi generasi yang hanya bisa mengeluh tanpa solusi. Kita harus berani mengambil langkah, berani menghadapi risiko, dan berani memperjuangkan kebenaran meskipun sendirian.
Dunia saat ini membutuhkan lebih banyak alumni pesantren yang tidak hanya berwawasan luas, tetapi juga berani mengambil tindakan. Kita tidak boleh hanya duduk di menara gading ilmu, tetapi harus turun ke masyarakat, membaur, dan memberikan kontribusi nyata.
Bertindak juga berarti mengamalkan ilmu yang kita miliki. Jika kita memahami Al-Qur'an, maka kita harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita belajar tentang keadilan, maka kita harus menjadi contoh dalam menerapkan keadilan. Jika kita mengajarkan tentang keikhlasan, maka kita harus berbuat tanpa mengharapkan pujian manusia.
Menjadi Alumni yang Mencerahkan
Sebagai alumni Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, kami memikul tanggung jawab besar. Kita adalah cerminan dari nilai-nilai yang telah diajarkan kepada kita. Setiap langkah kita adalah representasi dari pondok tempat kita belajar.
Berpikir, merasa, dan bertindak adalah tiga elemen yang harus selalu kita jaga dalam setiap aspek kehidupan. Kita tidak boleh hanya berpikir tanpa merasa, karena itu akan menjadikan kita dingin dan jauh dari kemanusiaan. Kita juga tidak boleh hanya merasa tanpa berpikir, karena itu akan menjadikan kita lemah dan mudah terombang-ambing. Dan yang terpenting, kita tidak boleh hanya berpikir dan merasa tanpa bertindak, karena hal itu akan menjadikan kita menjadi pribadi yang pasif dan tidak memberikan manfaat bagi umat.
Penutup: Cahaya yang Tak Boleh Padam
Dunia membutuhkan lebih banyak alumni pesantren yang berpikir cerdas, merasa dengan hati yang bersih, dan bertindak dengan keberanian. Kita harus menjadi bagian dari solusi, bukan hanya sekedar mengamati yang mengkritik tanpa kontribusi.
Sama seperti matahari yang tidak pernah lelah bersinar, kita harus terus mengeluarkan jalan kebenaran. sama seperti bulan yang bersinar di kegelapan malam, kita harus menjadi cahaya bagi mereka yang mencari arah.
Di mana pun kita berada, kita adalah alumni Al-Syaikh Abdul Wahid. Kita adalah penerus para ulama, para pemikir, dan para pejuang yang membawa kebaikan bagi dunia.
Maka, mari kita terus berpikir, merasa, dan bertindak dengan nilai-nilai yang telah kita bawa dari pondok. Karena dunia menunggu langkah kita, dan perubahan besar selalu dimulai dari mereka yang berani mengambil langkah pertama. SALAM PROGRESS!
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar