![]() |
La Rudi S.HUM., M.Pd Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw |
Menjadi Alumni yang Berani Berbicara
Islam dan Perubahan: Sebuah Kewajiban
Dalam sejarah Islam, kita melihat bahwa setiap zaman memiliki tantangannya sendiri, dan selalu ada orang-orang yang bangkit untuk membawa perubahan. Para sahabat Rasulullah adalah agen perubahan. Para ulama klasik seperti Imam Syafi'i, Imam Al-Ghazali, dan Ibnu Khaldun adalah pemikir-pemikir yang tidak hanya menerima keadaan, tetapi mencari solusi bagi umatnya.
Kita, sebagai alumni pondok pesantren, mempunyai tanggung jawab moral untuk meneruskan perjuangan ini. Di era digital ini, kita tidak bisa menjadi generasi yang hanya pasif menerima arus informasi. Kita harus menjadi generasi yang mampu mengolah informasi, menganalisisnya, dan memberikan kontribusi nyata.
Ketika dunia menghadapi krisis moral, kita harus berani berbicara tentang etika dan spiritualitas. Ketika umat menghadapi tantangan ekonomi, kita harus mampu menawarkan solusi berbasis nilai-nilai Islam. Ketika teknologi berkembang pesat, kita harus bisa menyesuaikan diri tanpa kehilangan jati diri.
Dari Pondok ke Dunia Nyata: Saatnya Bertindak
Banyak yang beranggapan bahwa lulusan pesantren hanya cocok menjadi pendakwah di mimbar-mimbar masjid. Namun, kita harus membuktikan bahwa alumni pesantren juga bisa menjadi pemimpin, akademisi, pengusaha, atau profesional di berbagai bidang.
Perubahan tidak harus selalu berskala besar. Terkadang, perubahan dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan dengan konsisten. Misalnya, bagaimana kita membawa nilai-nilai kejujuran dalam dunia kerja, bagaimana kita membangun komunitas yang berorientasi pada kemaslahatan umat, dan bagaimana kita menyebarkan pemikiran yang konstruktif di ruang publik.
Kita bisa menulis, berbicara, dan berdiskusi. Kita bisa mengajukan ide-ide segar untuk perbaikan sistem pendidikan, ekonomi syariah, atau tata kelola sosial yang lebih adil. Kita tidak boleh takut dikritik, karena kritik adalah bagian dari proses pertumbuhan intelektual.
Perubahan Dimulai dari Keberanian Berbicara
Banyak perubahan besar dalam sejarah dimulai dari keberanian untuk berbicara. Nabi Musa AS menghadapi Fir'aun dengan kata-kata yang penuh keberanian. Rasulullah SAW menyampaikan risalah Islam di tengah masyarakat yang menentangnya.
Kita, alumni Al-Syaikh Abdul Wahid, harus mengambil inspirasi dari mereka. Kita tidak boleh diam ketika melihat ketidakadilan. Kita harus menjadi suara bagi mereka yang tertindas. Kita harus menjadi cahaya bagi mereka yang mencari jalan.
Namun, berbicara tentang perubahan bukan berarti kita harus selalu melawan. Berbicara tentang perubahan juga berarti membangun narasi yang lebih baik, mencari solusi, dan mengajak orang lain untuk berpikir lebih luas.
Kita harus menjadi pemimpin opini di berbagai bidang. Kita harus menulis buku, artikel, dan esai yang bisa membuka wawasan masyarakat. Kita harus memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan gagasan yang membangun, bukan sekadar mengikuti tren tanpa arah.
Pesantren sebagai Kawah Candradimuka Para Agen Perubahan
Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga tempat untuk membentuk karakter pemimpin. Kita telah diajarkan tentang disiplin, tanggung jawab, dan keikhlasan dalam berjuang. Kini, saatnya kita membawa nilai-nilai itu ke dunia nyata.
Pondok adalah awal, bukan akhir. Apa yang kita pelajari di pondok harus kita bawa ke masyarakat. Kita harus menjadi solusi bagi umat, bukan sekedar pengamat yang pasif.
Jika kita melihat ketimpangan sosial, maka kita harus berpikir bagaimana solusi Islam dapat membantu. Jika kita melihat generasi muda semakin jauh dari nilai-nilai agama, maka kita harus mencari cara agar Islam tetap relevan bagi mereka. Jika kita melihat banyak orang kehilangan arah dalam kehidupan, maka kita harus menjadi mereka yang membawa pencerahan.
Penutup: Mari Bergerak Bersama
Menjadi alumni Al-Syaikh Abdul Wahid adalah suatu kebanggaan, tetapi juga amanah. Kita telah diberi ilmu, maka kita harus menggunakannya untuk kebaikan. Kita telah diajarkan untuk berpikir, maka kita harus menggunakan pikiran kita untuk mencari solusi.
Perubahan tidak terjadi dalam semalam. Ia membutuhkan keberanian, konsistensi, dan kesabaran. Tetapi, satu hal yang pasti: perubahan akan selalu datang kepada mereka yang berani melangkah.
Mari kita, alumni Al-Syaikh Abdul Wahid, menjadi bagian dari perubahan itu. Mari kita berbicara, berkontribusi, dan bergerak bersama. Karena di tangan kita, masa depan umat ini ditentukan.
"Dan berkata (Muhammad), 'Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap.' Sebenarnya kebatilan itu pasti hilang." (QS. Al-Isra : 81)
Kini, saatnya kita menjadi bagian dari kebenaran itu. Saat kita berbicara, saat kita bertindak, saat kita membawa perubahan. SALAM PROGRESS!
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar