Langsung ke konten utama

𝐈𝐊𝐏𝐒 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝: 𝐃𝐚𝐫𝐢 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐆𝐚𝐠𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐝𝐚𝐛𝐚𝐧


La Rudi S.Hum., M.Pd
Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw

Setiap gagasan besar selalu lahir dari sebuah pemikiran sederhana yang menemukan ruang untuk tumbuh dan berkembang. Seperti tunas yang muncul dari tanah pinggiran, begitu pula IKPS (Ikatan Keluarga Pondok Pesantren) Al-Syaikh Abdul Wahid. Ia bukan sekadar nama, bukan sekadar perkumpulan keluarga yang pernah mondok atau alumni, melainkan sebuah rumah yang harus menjadi tempat pulang bagi mereka yang pernah merasakan nikmatnya ilmu dan kebersamaan di pondok ini.
Foto: Ngobrol Santai Bareng Anggota IKPS Saw
(Lokasi Kediaman Ustad Bahtiar, 13 Mar 2025
)

IKPS bukan hanya tentang nostalgia dan reuni, tetapi tentang membangun peradaban. Ia lahir dari kesadaran bahwa alumni sebuah pesantren bukan sekadar lulusan yang pergi tanpa jejak, tetapi mereka adalah duta ilmu, akhlak, dan perjuangan yang harus terus menebarkan manfaat. Maka, pertanyaannya bukan lagi apa itu IKPS? , tapi apa yang bisa kita lakukan bersama melalui IKPS ini?
Mengapa IKPS Al-Syaikh Abdul Wahid Penting?
Ibarat sungai yang mengalir dari sumbernya, alumni pesantren adalah aliran yang membawa ilmu dan nilai-nilai ke berbagai penjuru dunia. Namun, tanpa wadah yang baik, aliran itu bisa tercerai-berai, kehilangan arah, dan akhirnya menguap begitu saja.
IKPS adalah jembatan yang menghubungkan para alumni agar tetap terikat dalam satu ikatan perjuangan. Ia menjadi forum untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan inspirasi. Lebih dari itu, IKPS juga bisa menjadi motor perubahan sosial, ekonomi, dan pendidikan, baik bagi alumni sendiri maupun masyarakat luas.
Dalam sejarah panjang dunia pendidikan Islam, banyak lembaga yang bertahan dan berkembang karena memiliki jaringan alumni yang kuat. Kita bisa melihat bagaimana pesantren-pesantren besar di Indonesia memiliki jejaring alumni yang tidak hanya aktif dalam kegiatan sosial, tetapi juga dalam dunia bisnis, politik, dan dakwah. Jika kita ingin IKPS Al-Syaikh Abdul Wahid menjadi bagian dari gerakan besar ini, maka kita tidak boleh hanya diam dan menunggu.



Menjaga Api Semangat Anggota IKPS Tetap Menyala

Apa yang Harus Dilakukan?
Membangun IKPS yang kuat bukan hanya soal nama dan kepengurusan, tetapi juga soal visi, aksi, dan komitmen bersama. Beberapa langkah yang harus kita lakukan antara lain:
1. Membangun Basis Data Alumni yang Solid
Langkah pertama dalam memastikan IKPS adalah dengan memiliki data alumni yang lengkap dan akurat. Tanpa data, kita seperti berjalan dalam kegelapan, tidak tahu siapa yang bisa diajak bergerak bersama.
Pendataan ini harus mencakup informasi tentang domisili, bidang pekerjaan, keanggotaan, dan potensi kontribusi masing-masing alumni. Dengan data yang rapi, kita bisa menghubungkan alumni dengan peluang yang ada, baik dalam dunia kerja, bisnis, maupun kegiatan sosial.
2. Menjadikan IKPS sebagai Wadah Pengembangan Ilmu dan Keahlian
IKPS tidak boleh hanya menjadi tempat berkumpul tanpa arah. Ia harus menjadi ruang bagi alumni untuk terus belajar dan berkembang. Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengadakan kegiatan yang produktif, kajian rutin, seminar, atau workshop yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Kita bisa mengundang alumni yang telah sukses di berbagai bidang untuk berbagi pengalaman dan wawasan. Dari santri yang kini menjadi intelektual, sejarawan, hingga pengusaha, semuanya bisa berkontribusi dalam membangun jaringan ilmu yang terus berkembang.
3. Membangun Gerakan Ekonomi Berbasis Pesantren
Banyak alumni yang memiliki potensi besar dalam dunia bisnis dan ekonomi. Jika IKPS mampu menjadi wadah untuk menghubungkan mereka, maka kita bisa membangun gerakan ekonomi berbasis pesantren yang kuat.
Bayangkan jika setiap alumni bisa saling mendukung dalam usaha, baik dalam bentuk koperasi, pasar berbasis alumni, atau bahkan pendanaan bersama untuk proyek ekonomi yang bermanfaat. Dengan ekonomi yang kuat, kita bisa membantu lebih banyak orang, termasuk santri-santri yang masih belajar di pondok.
4. Menggerakkan Aksi Sosial dan Dakwah
Sebagai alumni pesantren, kami mempunyai tanggung jawab untuk berkontribusi dalam dakwah dan kegiatan sosial. IKPS bisa menjadi motor penggerak dalam berbagai program seperti bantuan pendidikan bagi santri kurang mampu, pembangunan fasilitas pondok, hingga kegiatan sosial di masyarakat.
Dakwah tidak selalu harus dalam bentuk ceramah di masjid, tetapi juga dalam aksi nyata yang memberikan manfaat. Jika alumni IKPS bisa bersatu dalam gerakan sosial, maka keberadaan kita akan benar-benar terasa bagi masyarakat.
Silaturahmi Anggota IKPS Ke Pimpinan Ponpes Saw (14/03/2025)
5. Menjaga Silaturahmi dan Keterlibatan Alumni dalam Pondok
Sehebat apa pun seorang alumni di luar sana, ia tetaplah bagian dari pondok yang telah membentuknya. Oleh karena itu, IKPS harus menjadi jembatan yang menjaga hubungan baik antara alumni dan pondok.
Kegiatan seperti reuni bukan hanya sekedar untuk bernostalgia, tetapi juga kesempatan untuk membangun kembali hubungan dengan pondok. Alumni bisa berkontribusi dalam pengembangan kurikulum, memberikan beasiswa, atau bahkan menjadi mentor bagi santri-santri yang masih belajar.
Membangun Masa Depan yang Lebih Cerah
IKPS Al-Syaikh Abdul Wahid bukan hanya milik segelintir orang, tetapi milik kita semua. Jika kita ingin melihat berkembang menjadi organisasi yang besar dan berdaya guna, maka kita semua harus ikut terlibat.
Jangan hanya menjadi penonton yang menanti perubahan terjadi, tetapi jadilah bagian yang menggerakkan perubahan itu sendiri. Setiap alumni memiliki peran, sekecil apa pun itu, dalam membangun masa depan IKPS yang lebih baik.
Hal ini serupa pohon yang kuat tumbuh dari akar yang kokoh, demikian pula IKPS. Jika kita bisa menjaga ikatan ini, maka kita tidak hanya sekadar menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga penggerak masa depan yang lebih gemilang.
Mari kita satukan langkah, mengatur ritme perjuangan, dan menjadikan IKPS Al-Syaikh Abdul Wahid sebagai cahaya yang menghasilkan jalan bagi generasi yang akan datang. Sebab sejatinya, keberhasilan sebuah pesantren tidak hanya diukur dari seberapa banyak santri yang lulus, namun juga dari seberapa besar dampak yang mampu diberikan oleh alumninya kepada dunia. Salam Progress!





Komentar

Postingan populer dari blog ini

𝐌𝐞𝐧𝐲𝐮𝐥𝐚𝐦 𝐀𝐫𝐚𝐡, 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤: 𝐎𝐛𝐫𝐨𝐥𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐖𝐢𝐬𝐦𝐚 𝐈𝐧𝐝𝐫𝐚𝐣𝐚𝐭𝐢

Oleh : LAR (Sang Pengelana Pendidikan)   Pagi itu, Minggu, 29 Juni 2025, jam menunjukkan pukul 06.30 ketika udara Liabuku masih segar, seperti baru dicuci oleh hujan rintik-rintik yang reda beberapa saat sebelumnya. Kabut tipis menyelimut bukit-bukit kecil di kejauhan, seakan menyambut hangat pagi yang penuh harapan. Di sebuah sudut pondok yang sederhana namun bermakna—Wisma Indrajati, Pondok Pesantren Al-Amanah Liabuku—terjadi pertemuan kecil, namun sarat makna. Kami duduk berhadapan dalam suasana santai, tak ada podium, tak ada protokol. Hanya segelas kopi hangat, semangkuk geroncong, dan tuli-tuli, yang panasnya masih mengepul, beberapa bungkus nasi kuning, dan tawa-tawa ringan yang kadang pecah menembus diam. Saya, Ustad Riyan Ahmad, dan Ustad Roni, dan  menjadi pendengar setia dalam perbincangan yang membuka tabir masa depan, dan menyusul  Ustad Falah Sabirin yang keberadaannya tidak sampai selesai, karena harus segera menghadiri rapat di Ponpes Al-Syaikh Abdul Wahid...

𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐓𝐢𝐦𝐮𝐫: 𝐒𝐚𝐧𝐭𝐫𝐢 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐦𝐛𝐮𝐬 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐀𝐥-𝐀𝐳𝐡𝐚𝐫

Oleh: La Rudi S.Hum., M.Pd (Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw) Di antara deru ombak Buton dan sunyi malam Baubau yang mendalam, kabar bahagia menyelinap ke relung hati para pencinta ilmu: lima bintang kecil dari timur, santri-santriwati Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, kini bersiap terbang jauh ke negeri para ulama — Mesir, tanah Al-Azhar yang agung. Alhamdulillah , kelima anak negeri ini — Almawaddah dari Baubau, Fegita dari Siomou, Azhar dari Talaga Buton Tengah, Ld. Fahriansyah dari Lasalimu, dan Ilham dari Lombe Buton Tengah — telah membuktikan bahwa mimpi yang disulam dengan doa dan kerja keras mampu mengalahkan ketatnya seleksi nasional. Mereka lolos sebagai penerima beasiswa Kementerian Agama RI tahun 2025 dan diterima di Universitas Al-Azhar Kairo, institusi pendidikan Islam tertua dan termasyhur di dunia. Bukan jalan lapang yang mereka lalui. Sebaliknya, medan itu terjal dan berliku. Seleksi yang diikuti lebih dari 2.800 peserta dari seluruh Indonesia dilaksanakan de...

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐭𝐮𝐫𝐚𝐡𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧: 𝐂𝐚𝐡𝐚𝐲𝐚 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐦𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐊𝐇. 𝐌𝐮𝐡. 𝐒𝐲𝐚𝐡𝐚𝐫𝐮𝐝𝐝𝐢𝐧 𝐒𝐚𝐥𝐞𝐡, 𝐌𝐀

La Ode Ibrahim S.Pd.I., M.Pd Alumni Perdana Ponpes SAW Di tengah riuh rendah zaman yang kerap memisahkan manusia dalam sekat-sekat individualisme, KH. Muh. Syaharuddin Saleh, MA, hadir sebagai sosok yang menyalakan obor kebersamaan. Dalam keheningan pikiran yang ke dalam, beliau melahirkan gagasan besar tentang silaturahmi sebagai jembatan yang tidak hanya menghubungkan manusia, tetapi juga mengisyaratkan hati dan memperkuat iman. Pemikiran beliau ini tidak hanya menjadi teori yang mengisi kitab, tetapi diterjemahkan dalam langkah-langkah nyata melalui pembentukan Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid (IKPA) pada tahun 2000. Di mata beliau, silaturahmi bukan sekedar bertemu atau berbicara. Ia adalah seni menyambung hati, membangun jembatan kasih sayang, dan menciptakan ruang di mana manusia bisa saling mendukung. Gagasan ini disampaikan pada saat saya ditunjuk sebagai ketua pertama IKPA. Ini dasar memahami silaturahmi sebagai pilar utama dalam membangun kebersamaan di ...