(Dosen STKIP Pelnus Buton)
Di tengah lapang tanah berdebu, di bawah langit biru yang kadang cerah, kadang mendung, sebuah bola menggelinding pelan. Disepak dengan penuh semangat oleh kaki-kaki yang mungkin masih polos, namun berisi impian yang tak pernah kecil. Dari bola sederhana itu, lahirlah ikatan yang melampaui garis putih lapangan: kebersamaan, persaudaraan, dan cita-cita. Dari situ pula, Porsa—Persatuan Sepakbola Al-Syaikh Abdul Wahid—mengambil maknanya yang paling hakiki: membina dan menguatkan kebersamaan.
Sebuah Bola, Sebuah Dunia
Bagi santri-santri di Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, sepak bola bukan sekadar permainan memperebutkan skor. Ia adalah dunia kecil tempat jiwa-jiwa muda belajar tentang arti kerja sama, kepercayaan, strategi, dan sportivitas. Setiap operan yang diberikan, setiap umpan yang diterima, adalah pelajaran tanpa suara tentang pentingnya saling mempercayai.
Porsa lahir bukan hanya untuk mencetak gol, tetapi untuk mencetak jiwa-jiwa pejuang. Di atas lapangan, santri belajar menahan ego, menerima kekalahan dengan lapang dada, dan merayakan kemenangan tanpa jumawa. Karena mereka tahu, lebih dari sekadar hasil pertandingan, yang lebih penting adalah menjaga tali persaudaraan.
Membina Kebersamaan Lewat Lapangan
Ada keindahan yang sederhana namun dalam, saat sekelompok anak muda berlari mengejar bola di bawah terik matahari. Di sana, warna kulit, latar belakang keluarga, dan tingkat kecerdasan akademik menguap, diganti dengan satu identitas tunggal: rekan seperjuangan.
Bersama Porsa, mereka belajar bahwa membangun sesuatu—entah itu tim sepak bola, persaudaraan, atau peradaban—tidak cukup hanya dengan bakat individu. Harus ada sinergi. Harus ada kebersamaan yang dibina dengan kesabaran, dengan keikhlasan yang tidak berisik, dengan semangat saling mendorong saat satu kaki nyaris menyerah.
Porsa mengajarkan bahwa sebuah tim hanya akan kuat jika semua anggotanya menguatkan, bukan menjatuhkan. Bahwa lapangan luas itu adalah miniatur kehidupan: ada saatnya kita menjadi pencetak gol, ada saatnya kita menjadi penjaga gawang yang mengorbankan diri untuk mencegah kegagalan.
Menguatkan Bola Kebersamaan
Tapi membina kebersamaan saja tidak cukup. Ia harus dikuatkan, dirawat seperti api kecil yang rawan padam. Kegiatan demi kegiatan, latihan demi latihan, turnamen demi turnamen, adalah cara Porsa mengukuhkan ikatan itu. Setiap jersey yang dikenakan, setiap peluit yang ditiup, setiap teriakan semangat dari pinggir lapangan, adalah bahan bakar yang menjaga api kebersamaan tetap menyala.
Bahkan saat pertandingan berakhir dan skor dilupakan, rasa memiliki itu tetap tinggal. Ia hidup dalam senyuman, dalam jabat tangan erat, dalam kenangan tentang betapa indahnya menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
Porsa: Dari Lapangan ke Dunia Luas
Porsa adalah jalan awal. Apa yang ditanam di lapangan itu—kebersamaan, kesetiakawanan, kerja sama—akan berbuah di dunia luar. Alumni yang pernah berkeringat bersama di lapangan kini menjadi dokter, guru, pedagang, pejabat, da’i, pengusaha—semua membawa semangat yang sama: menjaga nilai kebersamaan, membawa manfaat untuk umat.
Tak jarang, ikatan di lapangan itulah yang menjadi jembatan rezeki, kesempatan, bahkan penyelamat di tengah badai kehidupan. Karena siapa yang membina persaudaraan di jalan Allah, Allah sendiri yang akan membalasnya dengan keberkahan yang tak terhingga.
Porsa dan Masa Depan
Kini, bola kebersamaan itu terus bergulir, dari generasi ke generasi. Ia tidak boleh berhenti. Ia harus terus digulirkan di lapangan yang lebih luas: lapangan kehidupan, lapangan pengabdian, lapangan perjuangan.
Porsa bukan hanya tentang masa lalu yang indah, melainkan tentang masa depan yang lebih cemerlang. Ia adalah kompas yang menunjukkan kepada kita bahwa jalan menuju kejayaan bukan jalan yang ditempuh sendirian, melainkan jalan yang kita bangun bersama, langkah demi langkah, dalam keringat dan keikhlasan.
Menutup Dengan Doa dan Harapan
Semoga Allah memberkahi langkah-langkah kecil yang pernah kita ukir bersama di lapangan itu. Semoga kebersamaan yang kita bina tidak pernah pudar oleh jarak, usia, atau kesibukan duniawi. Semoga semangat Porsa tetap menjadi bara dalam dada, menyala di tengah malam-malam perjuangan.
Dan semoga dari lapangan sederhana itu, lahir jiwa-jiwa besar yang tidak hanya mencetak gol di lapangan, tapi juga mencetak sejarah emas dalam perjuangan membangun umat.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar