Oleh: La Rudi
Di bawah langit 3 April 2025, suasana Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid terasa berbeda. Malam ini, Masjid Al-Amin Pondok dipenuhi wajah-wajah penuh nostalgia, para alumni yang datang dari berbagai penjuru negeri. Mereka kembali, bukan sekadar untuk melepas rindu, tetapi untuk merajut kembali jalinan ukhuwah dan merumuskan peran dalam keberlanjutan perjuangan pondok.
"Santri Sehari", begitulah tema Reuni Akbar Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid kali ini. Sebuah tema yang sederhana, tetapi sarat makna.
Santri bukan sekadar status di dalam pondok. Santri adalah jiwa, sebuah identitas yang melekat selamanya. Walau telah lama berpisah dengan bangunan dan rutinitas pondok, hati seorang santri tetap terikat dengan nilai-nilai yang diajarkan. Dan hari itu, mereka kembali menjadi santri—walau hanya sehari—untuk mengukuhkan kembali ikatan dan merajut langkah bersama.
Panggilan dari Sang Kyai
Dalam pertemuan ini, Pimpinan Pondok, KH. Abdul Rasyid Sabirin, Lc., MA., menyampaikan sebuah harapan besar. Bahwa pondok tidak bisa berjalan sendiri. Bahwa keberlanjutan perjuangan ini membutuhkan tangan-tangan kuat para alumni.
"Pondok ini telah melahirkan banyak tokoh. Ilmu yang kalian dapatkan di sini telah mengantarkan kalian ke berbagai medan perjuangan. Tapi ingat, tempat ini tetap membutuhkan kalian. Saat pondok memanggil, alumni harus siap."
Sebuah seruan yang menggugah. Bahwa alumni bukan sekadar orang-orang yang pernah belajar di sini, tetapi mereka adalah bagian tak terpisahkan dari pondok ini.
Dalam forum yang hangat dan penuh semangat, berbagai ide mengemuka. Semua berangkat dari satu tujuan: mengembangkan pondok agar terus menjadi cahaya yang menerangi umat.
Menghidupkan Peran Alumni: Gagasan dan Harapan
Para alumni, yang kini telah berkiprah di berbagai bidang, menyampaikan pemikiran-pemikiran berharga. Mereka tidak datang hanya untuk bernostalgia, tetapi juga untuk membangun komitmen bersama.
-
Membangun Kemandirian Ekonomi PondokHasan Bahrun mengusulkan agar koperasi pondok dikembangkan lebih serius, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan santri, tetapi juga menjadi wadah bisnis alumni yang dapat menopang kemandirian ekonomi pondok. Koperasi ini bisa menjadi pusat distribusi kebutuhan santri dengan harga yang lebih terjangkau dan berkualitas.
-
Pembukaan Lahan Pertanian dan PeternakanSebuah gagasan besar disampaikan Pak Kyai pada para alumni. Pengelolaan lahan pertanian dan peternakan sapi tidak hanya akan membantu memenuhi kebutuhan pondok, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi santri dan alumni yang ingin berwirausaha di sektor ini.
-
Menjaga Aset dan Administrasi PondokLa Ode Ibrahim mengingatkan bahwa aset pondok harus dikelola dengan baik, baik dalam bentuk dokumentasi fisik maupun administratif. Jangan sampai tanah, bangunan, atau sumber daya pondok tidak terdata dengan rapi, karena ini adalah warisan besar yang harus dijaga untuk generasi mendatang.
-
Membangun Hubungan Lebih Erat antara Kyai dan SantriMuhtasim Billah menekankan bahwa interaksi aktif antara Kyai dan santri harus diperkuat. Santri tidak hanya membutuhkan ilmu dari kitab, tetapi juga hikmah dari Kyai dalam bentuk kedekatan yang lebih intens. Ini akan memperkokoh nilai-nilai yang mereka bawa ketika terjun ke masyarakat.
-
Alumni Saling MenguatkanHamid Munir menyampaikan hal yang sangat mendasar, tetapi sering terlupakan: pentingnya keterlibatan semua alumni dalam acara seperti ini. Reuni bukan sekadar ajang bertemu, tetapi momentum untuk saling menguatkan, menyatukan semangat, dan merancang masa depan pondok.
Kebersamaan yang Tidak Boleh Pudar
Di tengah diskusi yang berlangsung, ada satu kesadaran yang tumbuh di hati setiap alumni yang hadir:
Bahwa pondok ini bukan sekadar tempat belajar di masa lalu, tetapi juga rumah yang harus dijaga keberlangsungannya.
Ada masa ketika mereka duduk bersimpuh di hadapan Kyai, menghafal ayat demi ayat, mengkaji kitab demi kitab. Dan kini, mereka tidak hanya membawa kenangan, tetapi juga tanggung jawab.
KH. Abdul Rasyid Sabirin menutup pertemuan dengan pesan yang mendalam:
"Kita tidak bisa berjuang sendirian. Jika santri hanya bergerak sendiri-sendiri, maka kita akan mudah goyah. Tapi jika kita bersatu, pondok ini akan semakin kokoh, dan manfaatnya akan terus meluas."
Suasana hening sejenak. Semua merenung.
Lalu, satu per satu alumni mulai bersuara, mengucapkan satu kalimat yang penuh makna:
"Kami siap, Kyai."
Langkah ke Depan: Dari Wacana ke Aksi Nyata
Reuni ini bukan sekadar pertemuan, tetapi sebuah titik awal untuk bergerak lebih nyata.
Mereka tidak ingin reuni hanya menjadi acara seremonial. Mereka ingin alumni benar-benar memiliki peran yang nyata.
Maka, dari reuni ini lahirlah sebuah janji, janji yang diikat dengan ketulusan hati:
"Kami tidak akan membiarkan pondok ini berjalan sendirian. Kami akan selalu ada, memberikan yang terbaik, sebagaimana dulu pondok ini telah memberikan yang terbaik bagi kami."
Santri Sehari, Alumni Seumur Hidup
Tak terasa malam semakin larut, menandakan waktu istirahat telah tiba dan bersiap melanjutkan agenda Santri Sehari yaitu sholat malam. Namun, sesuatu telah berubah. Ada api yang kembali menyala di hati para alumni.
Karena di hati mereka, cinta untuk pondok ini akan selalu abadi. Salam Progress!
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar