![]() |
Dr. H. Rahmad Haniru Lc., M.H.I |
(Alumni Permata Angk.3 Ponpes Saw)
Di antara ribuan jejak langkah yang pernah melintasi serambi dan lorong-lorong Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, ada satu nama yang kini bersinar di medan dakwah dan dunia akademik: Dr. H. Rahmad Haniru, Lc., M.H.I Ia bukan hanya seorang alumnus—ia adalah manifestasi dari semangat santri yang menjelma cahaya bagi umat. Dalam diam yang penuh hikmah, ia berdiri gagah menyampaikan ilmu dan mengobarkan semangat dakwah, dari masjid ke masjid, dari mimbar ke mimbar. Di Kota Baubau, namanya menggema dalam setiap ceramah yang membangkitkan iman dan menggugah nurani.
Santri sejati bukan hanya dikenal dari hafalannya, tapi dari jejak pengabdiannya. Dan Rahmad Haniru telah membuktikan, bahwa pondok bukan sekadar tempat belajar, tapi rahim yang melahirkan pencerah zaman. Dari Pondok Al-Syaikh Abdul Wahid, ia memulai segalanya dengan kitab-kitab kepondokan dan malam-malam panjang di mushala. Ia pernah menuliskan doa-doanya di selembar sajadah sunyi, berharap kelak bisa menjadi penyambung cahaya Rasulullah di tengah masyarakat yang gersang dari bimbingan ruhani.
Kini, sosoknya hadir di tengah umat, bukan dengan popularitas yang diburu, tapi dengan khidmat dan ilmu yang tulus disampaikan. Di Masjid Raya Kota Baubau, Masjid Bataraguru, dan Masjid Baitul Makmur, ia dikenal sebagai penyampai risalah yang tenang, namun menembus kalbu. Nada suaranya lembut, tapi tajam dalam hikmah. Setiap kalimat yang keluar dari lisannya adalah anak panah yang memanah hati untuk kembali pada Allah.
Bagi keluarga besar IKPS SAW, sosok Dr. Rahmad Haniru adalah lentera yang menuntun jalan. Ia bukan sekadar tokoh, tapi inspirasi hidup. Ia menunjukkan bahwa alumni pondok bisa menjadi apapun: da’i, akademisi, guru, bahkan tokoh yang diperhitungkan dalam dinamika sosial. Namun semua itu tak lahir dari kemewahan. Semua itu tumbuh dari akar kesederhanaan, keikhlasan, dan kerja keras yang ditegakkan di atas barakah pesantren.
Adalah tugas kita kini, sebagai saudara seperjuangan, sebagai keluarga besar alumni IKPS SAW, untuk tidak hanya memuji dari kejauhan. Kita harus belajar, berkaca, bahkan berani mengikuti jejaknya dalam bentuk yang sesuai dengan jalan kita masing-masing. Karena hakikatnya, setiap santri punya panggungnya sendiri dalam sejarah. Tak semua harus menjadi da’i di masjid, tapi semua bisa menjadi cahaya di manapun kita berada.
Mari kita tanamkan dalam hati, bahwa keberhasilan Dr. Rahmad Haniru adalah bagian dari keberhasilan pondok. Ia bukan hanya milik keluarganya, ia milik kita bersama. Maka dari itu, kita harus menjaga marwah pondok dengan tindakan nyata, dengan pengabdian di wilayah kita, dan dengan kesediaan untuk hadir ketika pondok memanggil.
Sebagai alumni, kita tak boleh menjadi hening dalam sejarah. Kita harus bersuara dalam aksi. Kita harus menjelma pelita dalam gelap. IKPS SAW bukan hanya organisasi, ia adalah ikatan ruhani, wadah kasih sayang, dan medan amal. Di sanalah kita membuktikan cinta kepada guru, pondok, dan ilmu yang pernah disuapkan ke dalam batin kita yang muda dan dahaga.
Mari kobarkan semangat! Jika Rahmad Haniru bisa berdiri tegak di tengah masyarakat sebagai pemikul panji ilmu dan dakwah, maka kita pun bisa memikul bendera perjuangan dari sisi yang lain. Bisa lewat bakti di kampung halaman, lewat karya tulis, lewat amal sosial, atau bahkan sekadar menjadi teladan di keluarga.
Karena pada akhirnya, semua yang kita lakukan bukanlah soal siapa yang paling bersinar, tapi siapa yang paling istiqamah. Bukan siapa yang paling dikenal, tapi siapa yang paling bermanfaat. Seperti kata pepatah Arab: khairun naas anfa’uhum linnaas—sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Maka, bangkitlah wahai santri! Kuatkan barisanmu wahai alumni! Jadikan nama IKPS SAW harum karena kontribusi kita, bukan hanya karena sejarahnya. Jadikan pondok kita tak sekadar dikenang karena masa lalu, tapi disegani karena masa depan yang kita bangun bersama.
Dan kepada sang da’i, Dr. Rahmad Haniru, kami ucapkan terima kasih. Engkau telah membuktikan, bahwa santri bukan pecundang zaman. Engkau telah menunjukkan, bahwa pesantren bisa melahirkan pemimpin yang rendah hati dan kuat prinsip. Engkau telah membakar pelita dalam hati kami, agar kami pun bangkit dari diam, melangkah dari ragu, dan terbang menuju makna.
Karena sesungguhnya, santri bukan untuk disimpan dalam ingatan. Ia harus dihidupkan dalam tindakan. Semoga Menginspirasi!
Komentar
Posting Komentar