Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

(2) 𝐁𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫, 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚, 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐝𝐚𝐤 𝐀𝐥𝐚 𝐀𝐥𝐮𝐦𝐧𝐢 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝

  La Rudi S.Hum., M.Pd Alumni Permata Angk.3 Ponpes Saw Hidup adalah perjalanan panjang yang tidak hanya menuntut akal untuk berpikir, tetapi juga hati untuk merasa dan raga untuk bertindak. Sebagai alumni Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, kita telah ditempa dengan nilai-nilai yang membentuk cara kita memandang dunia, merasakan kehidupan, dan mengambil keputusan. Kita tidak hanya belajar dari lembaran kitab dan bangku kelas, tetapi juga dari interaksi sehari-hari di antara santri, dari keteladanan para ustaz, dan dari pengalaman hidup yang mengajarkan makna perjuangan sejati. Pondok adalah kawah candradimuka yang mengasah kita dalam tiga aspek utama: berpikir dengan jernih, merasa dengan hati yang tulus, dan bertindak dengan penuh tanggung jawab. Dari dalamnya kita melangkah ke dunia luar, membawa warisan keilmuan dan nilai-nilai moral yang kita selama bertahun-tahun di dalam asrama, di bawah teduhnya masjid, dan di tengah kebersamaan yang penuh makna. Berpikir: Tajamnya Akal...

(1) 𝐁𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫, 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚, 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐥𝐚 𝐀𝐥𝐮𝐦𝐧𝐢 𝐏𝐨𝐧𝐩𝐞𝐬 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝

Hidup adalah perpaduan antara akal, hati, dan perbuatan. Sama seperti langit tidak sempurna tanpa bintang, demikian pula manusia tidak akan mencapai kebijaksanaan tanpa keseimbangan antara berpikir, merasa, dan bertindak. Kami, alumni Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, telah diajarkan untuk mendengarkan harmoni antara ketiganya. La Rudi S.Hum.,M.Pd Alumni Permata Angk.3 Ponpes Sawa Di pondok ini, kami tidak hanya ditempa dengan ilmu, tetapi juga dengan akhlak. Kami tidak hanya berlatih untuk menghafal, tetapi juga untuk memahami. Kami tidak hanya dididik untuk membaca, tetapi juga untuk memikirkan dan bertindak. Inilah warisan paling berharga yang kami bawa ke dunia luar: pola pikir yang tajam, hati yang peka, dan langkah yang mantap. Berpikir dengan Jernih dan Kritis Sejak pertama kali melangkah ke gerbang pesantren, kami belajar untuk berpikir, bukan sekedar menerima. Kami belajar untuk memahami sebelum menghakimi, untuk menggali sebelum menyimpulkan. Dalam ruang-ruang kajian, k...

𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐀𝐥𝐮𝐦𝐧𝐢 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝: 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐧𝐢 𝐁𝐢𝐜𝐚𝐫𝐚, 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐀𝐠𝐞𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐮𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧

La Rudi S.HUM., M.Pd Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw Di setiap generasi, selalu ada mereka yang memilih diam, membiarkan arus kehidupan membawa mereka tanpa arah. Namun, ada pula mereka yang berani bersuara, menggerakkan langkah, dan menjadi obor di tengah kegelapan. Kita, alumni Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, bukanlah mereka yang hanya berdiri di tepian. Kita adalah mereka yang siap terjun ke dalam samudra perubahan, menjadi agen transformasi bagi umat dan bangsa. Di pondok ini, kita tidak hanya diajar membaca kitab dan menghafal ayat-ayat suci, tetapi juga diajarkan untuk berpikir, menganalisis, dan bertindak. Kita diajarkan bahwa Islam bukan hanya tentang ritual ibadah, tetapi juga tentang kepedulian sosial, keadilan, dan perjuangan. Kita tumbuh dengan nilai-nilai yang mengajarkan bahwa perubahan adalah keniscayaan, dan kita harus menjadi bagian dari perubahan itu, bukan hanya sekedar penonton. Menjadi Alumni yang Berani Berbicara Sering kali, dalam masyarakat, kita melih...

𝐃𝐢 𝐏𝐨𝐧𝐝𝐨𝐤 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝, 𝐀𝐤𝐮 𝐃𝐢𝐛𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢 𝐌𝐚𝐡𝐤𝐨𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚

La Rudi S.Hum., M.Pd Alumni Permata Angk.3 Ponpes Saw Bahasa adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan dunia, membuka daya tarik pemahaman, dan membawa seseorang menuju kebijaksanaan. Di Pondok Al-Syaikh Abdul Wahid, saya belajar bahwa menguasai bahasa bukan sekadar keterampilan, tetapi sebuah mahkota yang menghiasi intelektualitas seseorang. Dan di dalamnya, di antara dinding-dinding pesantren yang dipenuhi lantunan doa, aku dibekali mahkota itu—kemampuan berbahasa Arab dan Inggris, dua bahasa yang menjadi pilar peradaban Islam dan dunia. Bukan sekedar pelajaran di kelas, bahasa di pondok ini adalah budaya, disiplin, dan kebanggaan. Ia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk memahami ilmu yang lebih luas, menembus batas-batas zaman, dan menghubungkan kami dengan khazanah keilmuan Islam serta peradaban dunia . Bahasa Arab: Kunci Menuju Warisan Ilmu Islam Bahasa Arab bukan sekadar bahasa yang diajarkan di Pondok Al-Syaikh Abdul Wahid; ia adalah ruh yang menghidupka...

𝐃𝐢 𝐏𝐨𝐧𝐝𝐨𝐤 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝, 𝐋𝐢𝐭𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢𝐤𝐮 𝐓𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐡

La Rudi S.Hum., M.Pd Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw Dalam keheningan yang penuh makna, di balik dinding-dinding pesantren yang dipenuhi doa, aku menemukan dunia yang tak terbayangkan sebelumnya. Dunia yang tidak hanya dibangun oleh hafalan dan ibadah, tetapi juga oleh deretan kata, lembaran kitab, dan goresan pena. Di Pondok Al-Syaikh Abdul Wahid, literasiku terasah, seperti pisau yang semakin tajam saat diasah dengan tekun. Pondok ini bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, tetapi juga ruang di mana literasi menemukan tempatnya untuk tumbuh dan berkembang. Saya belajar bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang memahami, memikirkan, dan menuangkan gagasan ke dalam bentuk yang bisa menginspirasi. Buku-Buku yang Menjadi Jendela Dunia Di awal kedatanganku, aku melihat rak-rak buku berjejer rapi di perpustakaan pondok. Ada kitab-kitab klasik yang ditulis oleh para ulama besar, ada pula buku-buku modern yang berbicara tentang peradaban, filsafat, dan sa...

𝐃𝐢 𝐏𝐨𝐧𝐝𝐨𝐤 𝐀𝐥-𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐢𝐝, 𝐀𝐤𝐮 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐀𝐫𝐭𝐢 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧

  La Rudi S.Hum., M.Pd Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw Di bawah langit Kota Bau-Bau, di sebuah pondok pesantren yang sederhana namun penuh keberkahan, aku menemukan makna kebersamaan yang sesungguhnya. Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid bukan hanya tempat di mana ilmu agama dan kehidupan mengajar, tetapi juga ruang di mana hati-hati bertemu, jiwa-jiwa terhubung, dan persaudaraan tumbuh tanpa sekat. Di sinilah saya belajar bahwa kebersamaan bukan sekadar berjalan berdampingan, tetapi juga saling menguatkan dalam perjalanan. Ia adalah udara yang kami hirup setiap hari, embun yang menyejukkan di pagi hari, dan cahaya yang membimbing dalam kegelapan. Dari Langkah Awal, Aku Menemukan Saudara Aku masih ingat hari pertama menginjakkan kaki di pondok ini. Langit tampak cerah, tapi hatiku penuh kekhawatiran. Aku meninggalkan rumah, keluarga, dan kenyamanan untuk menempuh perjalanan baru yang tak kutahu bagaimana akhirnya. Namun, sebelum rasa sepi sempat menjalar, saya disambut dengan ...