Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

𝐀𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐌𝐢𝐦𝐩𝐢: 𝐊𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐯𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐏𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐡𝐮𝐭𝐛𝐚𝐭𝐮𝐥 𝐀𝐫𝐬𝐲

  Foto: Saya Peragaan Angkat Besi pada Acara Pekan Perkenalan 1996 (Dokumentasi Ustadz Bachtiar ) Oleh : La Rudi (Alumni Permata Angk.3 Ponpes Saw ) Di sebuah panggung sederhana namun sarat makna, di halaman pondok yang rindang dan teduh oleh semilir doa para guru, aku berdiri. Saat itu, namaku dipanggil untuk memperagakan sesuatu. Bukan puisi, bukan orasi, bukan pula drama seperti teman-teman lainnya. Tapi aku memilih yang tak biasa: angkat besi. Bukan karena aku ingin menunjukkan kekuatan fisik, tapi karena ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar besi dan otot—ada pesan tentang mimpi, tentang ketekunan, dan tentang keberanian menantang keterbatasan diri. Hari itu sekitar 1996 adalah Khutbatul Arsy—pekan perkenalan di Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid. Bagi sebagian, ini sekadar tradisi tahunan yang mempertemukan santri lama dan baru dalam bingkai persaudaraan. Tapi bagiku, ini adalah panggung pertama dalam hidup yang mempertemukan aku dengan diriku sendiri yang belum utu...

𝐁𝐨𝐥𝐚 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧: 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐚𝐢 𝐒𝐩𝐢𝐫𝐢𝐭 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐁𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐢 𝐏𝐨𝐫𝐬𝐚

Oleh: La Rudi (Dosen STKIP Pelnus Buton) Di tengah lapang tanah berdebu, di bawah langit biru yang kadang cerah, kadang mendung, sebuah bola menggelinding pelan. Disepak dengan penuh semangat oleh kaki-kaki yang mungkin masih polos, namun berisi impian yang tak pernah kecil. Dari bola sederhana itu, lahirlah ikatan yang melampaui garis putih lapangan: kebersamaan, persaudaraan, dan cita-cita. Dari situ pula, Porsa —Persatuan Sepakbola Al-Syaikh Abdul Wahid—mengambil maknanya yang paling hakiki: membina dan menguatkan kebersamaan. Sebuah Bola, Sebuah Dunia Bagi santri-santri di Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, sepak bola bukan sekadar permainan memperebutkan skor. Ia adalah dunia kecil tempat jiwa-jiwa muda belajar tentang arti kerja sama, kepercayaan, strategi, dan sportivitas. Setiap operan yang diberikan, setiap umpan yang diterima, adalah pelajaran tanpa suara tentang pentingnya saling mempercayai. Porsa lahir bukan hanya untuk mencetak gol, tetapi untuk mencetak jiwa-jiwa...

𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐠𝐚 𝐌𝐢𝐦𝐩𝐢, 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐚𝐬𝐚𝐡 𝐑𝐚𝐬𝐚, 𝐌𝐞𝐧𝐚𝐣𝐚𝐦𝐤𝐚𝐧 𝐓𝐢𝐧𝐝𝐚𝐤𝐚𝐧: 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐈𝐊𝐏𝐒 𝐒𝐚𝐰 𝐉𝐚𝐲𝐚

Foto: Ketua Syukur Haniru Bersama Pengurus IKPS Saw 2025/2029   Oleh La Rudi (Dosen STKIP Pelnus Buton) Dalam setiap jiwa yang bermimpi, selalu ada seutas benang tak kasat mata yang mengikatnya pada kenyataan. Di sanubari para alumni IKPS Saw, benang itu telah dirajut sejak lama—sejak hari-hari pertama mereka menapakkan kaki di halaman Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, mencicipi getir dan manisnya pendidikan jiwa, ilmu, dan adab. Hari ini, mimpi itu bukan lagi sekadar nyanyian sunyi di dalam dada. Ia telah menjelma menjadi semangat yang berdenyut di setiap langkah, menjadi cahaya yang menuntun di tengah malam-malam penuh tantangan. Namun, menjaga mimpi adalah pekerjaan sunyi, menuntut lebih dari sekadar retorika—ia menuntut rasa yang tajam dan tindakan yang nyata. Mimpi Itu Harus Dijaga Mimpi tentang IKPS Saw yang jaya bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Ia lahir dari doa-doa panjang di sajadah basah, dari kerja keras yang kerap tak dilihat orang, dari ketulusan yang hanya ...

𝐃𝐢 𝐁𝐚𝐥𝐢𝐤 𝐒𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩: 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐦𝐩𝐚 𝐃𝐢𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐔𝐣𝐢𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐨𝐧𝐭𝐞𝐤

Foto: Suasana Ujian Tulis Angk I, II dan III Di Depan Teras Gedung Makkah Tahun 1995, Cara Meneguhkan Orisinalitas Berpikir Santri (Diambil dari Dokumentasi Ustadz Bachtiar)  Oleh: La Rudi (Dosen STKIP Pelnus Buton) Di Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, waktu terasa bergerak dalam irama yang tidak tergesa. Di balik dinding-dinding yang memeluk kitab-kitab tua, dan langkah para santri yang mengendap dalam balutan adab, ada satu masa yang tak pernah absen dari kalender kehidupan pesantren—masa ujian. Ia datang dengan tenang, namun berwibawa. Ia hadir tanpa banyak pengumuman, tetapi membuat detak jantung melambung dalam diam. Ujian, baik tulis maupun lisan, adalah medan sunyi tempat santri mengukur kadar ilmunya, bukan untuk sekadar mendapat nilai, tetapi mengukur keberanian, kemandirian, dan kematangan diri. Di sinilah, aku pertama kali belajar apa arti jujur. Di sinilah aku memilih jalan untuk tidak menyontek, bukan karena takut ketahuan, tetapi karena ingin tahu seberapa ku...

𝐏𝐎𝐑𝐒𝐀: 𝐒𝐞𝐩𝐚𝐤 𝐁𝐨𝐥𝐚, 𝐃𝐚𝐤𝐰𝐚𝐡, 𝐝𝐚𝐧 𝐉𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐢 𝐓𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐁𝐮𝐭𝐨𝐧

Foto: Tim Sepakbola Porsa Berlaga Di Lakudo Buton Tengah (Sumber Koleksi Ustadz Junaidin (Abangk)) Oleh: La Rudi (Dosen STKIP Pelnus Buton ) Ada masa ketika dakwah tak selalu hadir lewat podium dan mimbar. Ada masa ketika pesan suci tak hanya bergema lewat kitab dan khutbah. Pada penghujung milenium lalu, di pelosok tanah Buton, suara dakwah justru menggema di tengah lapangan sepak bola berdebu, ketika peluit dibunyikan dan sorak penonton mengalun dalam antusias yang menggetarkan. Di sanalah Porsa —Persatuan Sepakbola Al-Syaikh Abdul Wahid—berdiri bukan sekadar sebagai klub olahraga, tetapi sebagai wajah muda dari sebuah pondok pesantren yang ingin dikenal, diterima, dan dicintai oleh masyarakat. Tahun 1999, adalah era ketika banyak orang belum mengenal betul nama Al-Syaikh Abdul Wahid. Pondok masih muda, fasilitas sederhana, dan lembaga ini berjalan dalam keterbatasan. Namun di balik kesederhanaan itu, ada semangat membara yang tumbuh dalam dada para santri dan para ustaznya: semang...

𝐏𝐚𝐫𝐚 𝐔𝐬𝐭𝐚𝐝𝐳 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐛𝐝𝐢: 𝐌𝐚𝐭𝐚 𝐀𝐢𝐫 𝐈𝐥𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐊𝐞𝐢𝐤𝐡𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧

  Foto: Ustadz dan Pimpinan Periode 1993-1996 Penuh Cinta Dan Energis Duduk Didepan Dari Kanan Ke Kiri ,. Ust. Ismail (Pimpinan), Ust. Idris Rahman (alm), Ust. Amiruddin (alm), Ust Jamal AB. Berdiri Belakang Dari Kanan Ke Kiri : Ust. Muhlis, Ust Arfani, Ust. Saleh Laksana, Ust. Faisal Islamy, Ust. Jamhur Baeda, Ust. Jamil (Lokasi Depan Gedung Makkah 2) Oleh: La Rudi (Dosen STKIP Pelnus Buton) Di antara bayang-bayang sejarah yang kerap dilupakan, ada secarik cahaya yang tak pernah padam: cahaya pengabdian. Ia hidup di antara langkah para ustadz yang menjejakkan kaki di halaman Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid, saat tanah masih berlumpur, dan digenangi air rawa, atap masih bocor, dan suara adzan belum menggema dari menara yang layak disebut menara (toa dipasang diatas pohon kelapa tinggi), yang suaranya mendayuh- dayu di langit Kota Baubau. Namun di sanalah, sejarah ditulis bukan dengan tinta emas, melainkan dengan keringat, air mata, dan iman yang tak pernah goyah. Pondok Pesantren...

“𝐈𝐊𝐏𝐒 𝐒𝐀𝐖 𝐓𝐞𝐫𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐜𝐞𝐩𝐚𝐭”: 𝐒𝐥𝐨𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐊𝐨𝐦𝐩𝐚𝐬 𝐆𝐞𝐫𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐂𝐞𝐫𝐦𝐢𝐧 𝐂𝐢𝐭𝐚-𝐜𝐢𝐭𝐚

Oleh: La Rudi (Alumni Permata Angk. 3 Ponpes Saw) Dalam setiap perjalanan panjang, manusia memerlukan penunjuk arah—sebuah kompas yang bukan hanya menunjukkan ke mana harus melangkah , tetapi juga bagaimana seharusnya melangkah . Bagi Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid (IKPS SAW), slogan “Terdepan dan Tercepat” bukanlah sekadar untaian kata yang diucap di atas panggung, melainkan pancaran niat kolektif, gaung tekad, dan gema cita yang ingin diraih bersama. Slogan ini pertama kali digaungkan dalam peristiwa bersejarah: Pelantikan Pengurus IKPS SAW periode baru pada 26 Maret 2025. Dalam atmosfer Ramadhan yang penuh berkah, slogan ini tak sekadar menjadi narasi acara, tetapi menjadi nyala api baru yang hendak dinyalakan dalam dada setiap alumni, menjadi darah segar yang mengalir dalam nadi organisasi yang sedang berbenah. KH. Abdul Rasyid Sabirin, Lc., MA , selaku Pimpinan Pondok, memberi apresiasi tinggi terhadap semangat ini. Beliau menyadari bahwa organisasi alu...

𝐌𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩 𝐓𝐮𝐫𝐧𝐚𝐦𝐞𝐧, 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐮𝐤𝐚 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐮𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧: 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐒𝐢𝐥𝐚𝐭𝐮𝐫𝐚𝐡𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐬𝐢 𝐍𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐍𝐚𝐟𝐚𝐬 𝐈𝐊𝐏𝐒 𝐒𝐀𝐖

Oleh: La Rudi  (Anggota Majelis Pertimbangan dan Konsultasi IKPS Saw) Di bawah langit sore yang temaram, bola terakhir menggelinding perlahan di lapangan futsal Pondok Pesantren Al-Syaikh Abdul Wahid. Sorak-sorai yang menggema sepanjang pertandingan mulai mereda, digantikan oleh gema syukur dan harapan. Turnamen Futsal Alumni IKPS SAW Cup III bukan sekadar rangkaian laga, ia adalah gema silaturahmi yang membelah waktu dan jarak, mempertemukan yang jauh menjadi dekat, yang lama tak jumpa menjadi akrab kembali. Di tengah kerumunan, Ketua IKPS SAW, Ustaz Syukur Haniru, M.Pd. , berdiri dengan mata yang penuh semangat. Dalam sambutannya, ia tidak hanya menutup kegiatan, tetapi juga membuka lembar baru IKPS SAW: lembar yang berisi mimpi, rencana, dan tekad bersama untuk terus berbenah. “ Turnamen ini adalah bentuk sederhana namun bermakna dari ikhtiar kita ,” ucapnya. “ Bukan hanya tentang siapa mencetak gol, siapa menang dan kalah, tetapi siapa yang rela hadir, menyatu dalam semangat ke...